Tanaman Aloe Vera memang banyak sekali manfaatnya, namun tidak semua orang bisa memenfaatkannya. Itulah yang terjadi di Indonesia, tanaman lidah buaya ini mudah sekali tumbuh di negara kita namun hanya sedikit yang bisa mengolahnya menjadi produk lain dan memiliki nilai guna yang tinggi.

Alan Efendi, salah seorang pemuda Gunungkidul tepatnya di dusun Jeruk Legi, Desa Katongan kecamatan Nglipar yang memiliki ide untuk mengembangbiakkan tanaman lidah buaya ini. Mengingat kondisi tanah di Gunungkidul yang gersang, tandus, panas bahkan akses air yang terkadang susah membuat dia memiliki keinginan agar daerahnya bisa menjadi lebih maju.

Kini desanya penuh dengan tanaman lidah buaya di halaman rumah warga, hingga ribuan orang berdatangan untuk melihat dan belajar mengenai lidah buaya.

Selain dijual tanamannya, lidah buaya ini juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman lalu juga dipasok ke pabrik-pabrik kecantikan & kesehatan.

Tahun 2014 Alan yang saat itu bekerja di Jakarta memiliki keinginan untuk mengembangkan potensi daerah asalnya, kemudian dia mencari berbagai referensi dan ia ingin menanam lidah buaya karena cocok untuk ditanam di Gunungkidul yang tanahnya ekstrem.

Awalnya ia mendatangkan 500 bibit lidah buaya ke rumah dan ingin ditanam di lahan 500 m milik orang tuanya yang biasanya ditanami jagung dan kacang tanah, awalnya orang tua Alan tidak mau karena pengetahuan mereka hanya sebatas lidah buaya ini tanaman hias yang tidak ada manfaatnya. Namun Alan tetap ngotot sampai bilang kalau ia beli bibit itu dengan harga mahal.

Butuh proses agak lama agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal, tanaman lidah buaya bisa dipanen setelah beberapa tahun, kemudian Alan mengolahnya menjadi Nata de aloe vera, sebagai pengganti Nata de coco. Ia titipkan produk ini ke warung dan kantin di sekitarnya.

Sekitar tahun 2017 usaha ini mulai berkembang, awalnya masih bersaing dengan produk-produk dari pabrik lalu ia mencoba membranding lidah buaya untuk kesehatan dan minuman herbal, akhirnya bisnisnya semakin berkembang. Banyak rintangan menghadang seperti kadaluwarsa nya yang tidak terlalu lama, hanya bertahan 3 hari. Alan mulai mencari cara dan ketika LIPI Gunungkidul memilih produk ini, maka Alan pun dibina oleh LIPI dan diberi resep agar produknya lebih tahan lama, kini produknya bisa bertahan hingga 3 bulan.

Karena hal inilah, Alan mulai berani mengajak masyarakat sekitar untuk berusaha bersama dan membudayakan lidah buaya serta mengajarkan bagaimana mengolahnya. Kini banyak warga sekitar yang setor ke Alan hingga ia bisa memanen lebih banyak. Selain itu Alan juga mengirimkan lidah buaya ke pabrik di Jawa Tengah & Jawa Barat sebanyak 1-2.5 ton perbulannya.

Ide usahanya yang sudah dijalankan menjadi sumber penghasilan banyak orang di sekitarnya.